Senin, 02 November 2009

Opini Kampus

Dimana Hak Kami
Semakin panjang perjalanan kampus Universitas Muhammadiyah Jember (UMJ) semakin banyak pula hal dan kejadian yang terjadi. Pada saat pertama kali didirikan pada tahun 1981, Universitas Muhammadiyah Jember begitu banyak mengalami perubahan yang signifikan. Yang awalnya terdiri dari beberapa Fakultas, lambat laun mulai bertambah Fakultas baru dan Jurusan baru. Perubahan dengan perbaikan yang terus dilakukan membuat Universitas Muhammadiyah Jember dikenal dikalangan Masyarakat. Perjalanan yang begitu unik dan menyedihkan itu kini memperoleh hasil yang positif. Penerimaan mahasiswa baru yang terus meningkat disetiap tahunnya. Tentu itu menjadi prestasi tersendiri bagi kampus saya tercinta.
Lambat laun pembenahan dan penigkatan kualitas pendidikan dilakukan untuk dapat bersaing dengan Universitas Jember. Upaya itu terbukti saat Fakultas Teknik membuka Jurusan baru yaitu S1 Teknik Informatika ( TI ) pada tahun 2008. Upaya dari pihak kampus sangat membuahkan hasil yang sangat positif dalam pencapaian mahasiswa Jurusan Teknik Informatika yang mencapai 250 Mahasiswa dan peningkatan itupun tidak hanya terjadi di Fakultas Teknik. Di Fakultas lain FKIP, HUKUM, FISIPOL, EKONOMI, FIKES, PSIKOLOGI, AKPAR dan Fakultas yang begitu sangat saya banggakan dan selalu saya damba - dambakan yaitu FAKULTAS PERTANIAN. Tapi peningkatan Mahasiswa yang begitu pesat tidak didukung oleh pihak ditataran birokrasi Universitas Muhammadiyah Jember.
Banyak Mahasiswa yang dirampas Haknya dari Fasilitas kecil sampai yang besar. Contohnya minimnya buku – buku baru di perpustakaan dan tidak lengkapnya buku penunjang untuk mahasiswa, kurangnya keaamanan didalam kampus, minimnya gedung dan kelas. Hal ini nyata ketika saya dan teman – teman saya kebingungan mencari buku tertentu yang saya lupa judul bukunya itu tidak ada diperpustakaan Unmuh Jember, Anehnya saya menemukan buku itu di perpustakaan Universitas lain yaitu Universitas Jember ( UNEJ ), untuk ditingkat keamanan itu juga masih sangat kurang, kenapa saya bisa bekata seperti ini ? karena teman saya yang saya anggap kakak, kehilangan tas berisi satu buah Handpone, Uang dan file-file penting di perpustakaan Unmuh Jember.
Tidak hanya itu , Mahasiswa Fakultas Teknik juga mengalami kesulitan yang tidak harus terjadi. Padahal mereka sudah melakukan kewajiban mereka dengan semestinya? Betapa tidak menyedihkan disaat mereka Ujian Akhir Semester (UAS) Mahasiswa kumpulkan dijadikan satu tempat di Aula Ahmad Zainuri. apakah itu memenuhi persyaratan untuk mereka belajar dan mengerjakan soal uas? Belum lagi tiap kali kuliah mereka ( Mahasiswa Fakultas Teknik) harus mengampung kelas Di Fakultas FISOPOL dan HUKUM. Kenapa harus begini?. Tidak hanya Fakultas Teknik tapi Fakultas KIP juga mengampung ke Fakultas HUKUM dan FISIPOL. Padahal mereka sudah melakukan apa yang jadi kewajibanya. Hal ini harusnya bisa direspon dan segera diatasi oleh BAPAK – BAPAK yang mempunyai wewenang ditataran birokrasi Universitas Muhammadiyah Jember, agar mereka memperolehkan apa yang menjadi haknya, “ Jangan rampas HAK kami PAK ”. Kalau kita kalkulasi bersama berapa jumlah mahasiswa Teknik saat ini, apakah mereka pantas tidak mendapatkan gedung dan kelas yang semestinya? Itu semua hanya tinggal pertanyaan saja buat diri kita sebagai mahasiswa. Apakah kita saat ini sudah peka dengan keadaan kampus kita? Apakah kita hanya mau diam membisu melihat realita kampus kita ini kawan ku semuanya? Tanyakan pada diri kita semuanya agar kita bisa menjawab pertanyaan yang sangat sederhana ini.
Seiring waktu berjalan Begitu banyak prestasi yang terus diraih oleh kampus kita ini Universitas Muhammasiyah Jember. Akreditasi yang diperoleh di tiap Jurusan, dan Fakutas yang ada di UMJ sangat membanggakan mahasiswanya. Tapi sangat disayangkan saat prestasi yang diperoleh itu dilakukan degan cara – cara yang kurang tepat. Pada akhirnya kita sebagai mhasiswa yang jadi korban peradaban. Karena Akreditasi yang diperoleh kurang bisa dibuktikan oleh kampus itu terbukti dengan realita yang sudah tertulis di alenia pertama. Kenapa kita yang harus merasakan semua ini ? padahal masih terekam jelas pada memori saya pada saat Dr. Aminnullah Elhadi dilantik sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Jember untuk menggantikan sosok yang begitu saya banggakan pada saat mengajar kuliah saya dikampus yaitu Bpk YUSNAN ARIGAYO almarhumah, Beliau menjanjikan akan memenuhi Fasilitas mahasiswa, tapi semuanya kini belum terbukti secara signifikan bahkan keganjalan – keganjalan malah sering terjadi dikampus. Hal itu sangat saya rasakan ketika saya jadi ketua Panitia PPSP 2009 kemarin. Betapa tidak disaat saya harus melakukan tanggung jawab saya sebagai ketua panitia PPSP 2009 tapi masa perkuliahan masih terus aktif. Apakah semua itu efektif ketika PPSP berlangsung tapi masa perkuliahan terus berlangsung ? semuanya hanya menimbulkan ketakutan buat diri saya bahkan mungkin teman – teman saya. Betapa tidak dampak yang ditimbulkan begitu besar sehingga semuanya tidak bisa berjalan secara efektif dan efesien acara PPSP yang sudah dikonsep secara matang harus terhambat dengan semuanya. Begitu banyak kejadian – kejadian yang belum bisa saya tulis salah satunya mengenai PKM ( Program Kreatifitas Mahasiswa ) yang sampai saat ini jadi pertanyaan dosen apa mahasiswanya yang memembuat proposalnya. Apa yang tertulis diatas adalah gambaran dan realita yang harus kita analisa bersama. bagaimana keadaan kampus saat ini? Seperti apa sistem Administrasi kampus saat ini? Jangan sampai apa yang jadi hak kita tidak terpenuhi dengan adanya orang – orang yang memiliki kepentingan dikampus dan agar apa yang jadi yel – yel kaidah sapu jagat. ”HIDUP – HIDUPILAH MUHAMMADIYAH JANGAN MENCARI HIDUP DI MUHAMADDIYAH” di Muhammadiyah bisa terealisasi dengan baik.
Sedikit pantun sebagai pelipur lara yang akan menambahkan gairah perjuangan bagi temen - temen ku senasib seperjuangan.
kenapa kampusku seperti ini disaat aku mulai mencintainya? kenapa kampusku seperti ini disaat mulai banyak peminatnya?? kenapa dan kenapa semuanya harus terjadi pada almamaterku tercinta?
Rohman Sholeh, Fakultas Petanian.

Mana Hak Kami

Lakukanlah Secara Profesional, Jangan Sampai Hak Mahasiswa Diambil
Sebuah Universitas akan dipandang maju, ketika mahasiswa yang dicetak adalah mahasiswa yang cerdas, berprestasi dan berbudi luhur. Namun perlu disadari dan diperhatikan, bahwa banyak faktor yang harus dipenuhi untuk menunjang tercapainya predikat maju.
Sudah hal yang wajib bagi suatu Universitas untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitannya. Baik dari struktur kepegawaian maupun sarana dan prasarana didalamnya. Keseimbangan jumlah sarana dan prasarana, seperti kelas dan laboratorium menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran dan kemajuan Universitas.
Namun pada kenyataannya semua hal tersebut tidak diindahkan pihak Rektorat Universitas Muhammadiyah Jember. Semakin tahun, jumlah mahasiswa yang diterima semakin banyak. Amat disayangkan semua hal tersebut tidak diimbangi dengan penambahan fasilitas, terutama ruang kelas sebagai media pembelajaran.
Pemandangan yang miris, ketika mahasiswa yang semangat untuk kuliah menjadi lesu saat mereka harus menumpang kelas di Fakultas lain. Mahasiswa dari Fakultas Teknik dan FKIP yang sering menumpang kelas di Fakultas FISIPOL.
Hal tersebut ditegaskan, Ibu Endang. Beliau mengatakan sering sekali mahasiswa dari Fakultas lain meminjam kelas di Fakultasnya. Dengan tiga ruang yang ada, menurut beliau menyulitkan pengaturan jadwal . Apalagi Ketua Jurusan Teknik Informasi (TI) menjadwalkan ruang milik fakultas FISIPOL ditempati Jurusan Teknik Informatika, tanpa adanya koordinasi dengan pengajaran Fakultas teknik. Wakil Dekan Fakultas Teknik mengatakan bahwa adanya masalah mengenai kelas disebabkan oleh pengajaran yang tidak profesional dan lalainya kinerja karyawan Fakultas Teknik.
“Hal ini tidak hanya terjadi saat ini pak, tapi sejak tahun ajaran 2008\2009 memang tidak tertata”? ucap arif Reporter POJMA.
“ ya, seperti yang saya bilang tadi, ini disebabkan karena Karyawan yang tidak professional dan lalai padahal saya sudah menyuruhnya untuk menggantinya sejak 2 bulan yang lalu dan juga jadwal Ujian Tengah Semester (UTS) belum keluar ” ucap Wakil Dekan.
Peminjaman ruangan ini menimbulkan ketidaknyamanan baik dari pihak pengajaran maupun mahasiswanya sendiri. Fasilitas kelas banyak yang hilang, ramai , gaduh, tutur Lutfi mahasiswa Fakultas FISIPOL.
Dengan jumlah mahasiswa yang semakin meningkat, diharapkan adanya perhatian dari pihak Rektorat untuk menyelesaikan masalah itu. Perlu penambahan ruang kelas dan kelengkapan fasilitas lain, untuk menunjang keberhasilan proses perkuliahan.

Rasa Cinta Budaya melalui Teater

Tumbuhkan Cinta Budaya Indonesia
Budaya merupakan warisan yang harus kita jaga sebagai indentitas sebuah bangasa. Budaya adalah hasil karya cipta manusia yang berhubungan erat dengan sejarah. Budaya tercipta karena adanya sejarah yang melibatkan manusia dari segala ranah. Seni, Sastra, Politik, Sosial, Teknologi, Filsafat dan yang mengatakan Agama juga termasuk budaya. Sangatlah berharga sekali budaya kita sehingga kita wajib menjaganya agar budaya kita tidak terkikis oleh waktu yang bisa menghilangkan budaya yang kita bentuk selama berabad-abad.
Banyak upaya yang dilakukan oleh pemuda terutama mahasiswa dari seminar sampai dalam tataran implementatifnya. Itulah yang dilakukan Unit Kegiatan Mahasiswa ( UKM ) Teater Oxygen. Sabtu (31/10), UKM Teater mengadakan seminar yang bertema “ Menumbuhkan Rasa Cinta Budaya Melalui Teater ” digedung Akademi Parawisata. Acara yang dihadiri Budayawan nasional Embi C Nur mengundang wartawan Radar Jember hadir dalam acara seminar Budaya. Budayawan yang lahir di Cirebon, 17 Juli 1955, mengatakan bahwa dengan adanya seminar budaya, seni dalam berteater ini sudah upaya menjaga dan menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya. Saat ditanya pendapatnya mengenai budaya di Indonesia oleh Karin, Reporter POJMA. Dia berpendapat bahwa Indonesia masih konsep budaya politik.
“Nah berbeda dengan tahun 1928, banyak yang mengatakan bahwa tahun 28 merupakan berakhirnya seni budaya. Tapi saya bisa menjamin bahwa setelah itu tidak akan pernah mati seni berbudaya karena setelah generasi berikutnya akan lebih menekankan pada nilai komersil”, Paparnya.
Memang budaya Indonesia sudah mulai terkikis oleh masa, hal ini disebabkan meledaknya populasi masyarakan Indonesia karena akan menimbulkan perubahan dari segi kebiasaan karena besarnya populasi akan membentuk kebiasaan baru yang akan mengkikis budaya lama. Dan teknologi juga mempengaruhi yang akan melahirkan konsep-konsep politik.
Itulah yang terjadi dengan budaya kita Indonesia. Maka sebagai generasi muda yang intelek, kita harus menjaga dan mengimplementasikan dalam bentuk perlawan seperti forum diskusi, teater dan kelompok-kelompok mahasiswa. Rasa cinta dengan mengatakan pemahaman dan kekuatan dengan apresiasi budaya dalam bentuk yang lebih nyata.
“Mari kita sama-sama membangun budaya Indonesia, jangan jadikan Indonesia budaya politik” itulah pesan kepada semua mahasiswa Universitas Muhammadiyah jember agar kita menjaga budayanya.
Maka kita lebih semangat lagi untuk mengupayakan acara-acara seperti ini, acara yang dilakukan oleh UKM Teater merupakan upaya bentuk kepedulian terhadap budaya. Acara yang menghabiskan dana 750.000 rupiah dan persiapan yang minim yaitu 2 hari tidak membuat Dwi Irawan sebagai ketua panitia berkecil hati. ”Meskipun waktu yang minin tapi kita masih bisa melaksanakanya cukup baik” paparnya.
Oleh :
KARIN dan ARIF RAHMAN HAKIM